Saudara extract
bibliographical notes on Saudara
index of Saudara extracts
    • locate in index of extracts taken from Saudara

 

Saudara, 24 Feb 1932, p.8

Editoral.

Pelajaran Anak-Anak Perempuan Melayu.

Jikalau kita pandang kepada hal pelajaran anak-anak perempuan kita Melayu pada masa perlumbaan ke medan kemajuan sekarang ini, maka terlintaslah di dalam hati kita mengeluarkan pertanyaan seumpama ini: memadaikah ilmu-ilmu yang diajarkan di dalam sekolah-sekolah perempuan Melayu itu bagi pengetahuan anak-anak perempuan kita yang sedang bertanding dengan kemajuan zaman yang berubah-ubah ini?

Pada menjawab pertanyaan itu, tidaklah berkehendak lagi kepada dimenungkan dengan panjang sebab tentu sekali kita tampak dengan serta-merta bahwa darjat pengetahuan yang didapati oleh anak-anak perempuan kita itu tidak dan belum boleh memadai, jadi perbendaharaan mereka itu dalam masa bercemburu-cemburuan ilmu ini.

Kita sekarang sedang bersungguh-sungguh mengeluarkan daya-upaya kita pada menunjukkan jalan-jalan kemajuan kepada kaum bangsa kita, tetapi tampaknya usaha kita kepada yang demikian itu terlebih berat lagi bagi pihak laki-laki daripada pihak perempuan, sama ada tentang perusahaan menambahkan pengetahuannya atau tentang perusahaan kudratnya. Kita semua sudah ketahui bahwa kemajuan itu tidak dapat dicapai melainkan apabila bersama-sama laki-laki dan perempuan mengerjakan pekerjaan yang boleh memimpin anak-anak kita kepadanya.

Maka di dalam perkara kemajuan ini patutlah kita beratkan lebih lagi daya upaya kita itu pada mencari jalan kepada menambahkan pelajaran anak-anak perempuan kita sebab kesempurnaan latihan mereka itu akan anak-anak mereka itulah rakan yang besarnya bagi kemajuan bangsa.

Kita memang menerima kasih banyak kepada kerajaan yang telah dan masih bersungguh-sungguh menjalankan kewajipannya bagi mentadbirkan pelajaran anak-anak kita dengan mengadakan beberapa buah sekolah di dalam bandar-bandar dan kampung-kampung.

Sungguh pun kita cukup percaya atas keelokan peraturan pelajaran yang dijalankan oleh kerajaan itu, tetapi barangkali tidaklah kita tersalah jika kita katakan bahwa pelajaran anak-anak perempuan setakat kelas empat atau lima di dalam sekolah-sekolah perempuan Melayu itu sahaja tidaklah cukup akan jadi penyuluh bagi anak-anak kita itu di dalam kehidupannya pada zaman perlumbaan pengetahuan ini, dan sungguh pun sekolah-sekolah Inggeris ada terbuka beberapa banyak kepada anak-anak perempuan kita yang sudah jadi di dalam sekolah Melayunya, tetapi hingga ini berpilih juga tampaknya orang-orang kita Melayu yang beredha memasukkan anak-anaknya ke sekolah-sekolah yang tersebut itu.

Barangkali ada juga lagi daripada kita sekarang yang mengatakan: Apa gunanya diberi anak-anak perempuan kita pelajaran Inggeris, asal tahu membaca dan menulis bahasa sendiri sudahlah.

Ya, betul! Tetapi adakah ilmu-ilmu yang didapatinya daripada membaca dan menulis di dalam kelas empat atau kelas lima di dalam sekolah-sekolah perempuan Melayu itu cukup bagi pengetahuan seorang perempuan, atau memadai jadi pedoman hidupnya di dalam dunia ini?

Kita tampak kebiasaannya anak-anak perempuan kita itu tatakala berumur lebih kurang 6 tahun sudah diserahkan mengaji ke sekolah Melayu, dan di dalam empat atau lima tahun iaitu masa anak-anak itu berumur 10 atau 14 tahun, mereka pun tamatlah daripada pelajaran Melayunya, dan tidak pula ada sekolah perempuan yang terlebih tinggi lagi tempat mereka itu boleh melanjutkan pelajarannya.

Jadi, jikalau kita berhentikan sahaja mereka itu daripada mengaji pada waktu yang sangat muda itu, iaitu umur 10 atau 11 tahun, adakah boleh ilmu-ilmu yang telah dipelajari oleh mereka itu menolong bagi meluaskan faham mereka itu? Pada fikiran kita tentu tidak, sebab pada masa itu akal kanak-kanak itu belum boleh bekerja dengan sendirinya lagi, dan kita sendiri pun selalu mengatakan kanak-kanak yang seperingkat ini belum berakal lagi.

Jikalau anak-anak kita "belum berakal", itu sudah kita hukumkan "pass sekolah Melayunya" atau "tamat pelajarannya", maka apakah hukum yang patut kita hukumkan ke atas diri kita waktu menghukumkan hukuman yang pertama itu?

Seperkara lagi yang patut kita terangkan ialah kebanyakan daripada Cik-cik Guru perempuan itu hanya pengkeluaran sekolah-sekolah yang tersebut itu sahaja, tidak dengan latihan yang khas seperti anak-anak laki-laki kita yang di sekolah latihan di Tanjung Malim itu, apa tidakkah sudah patut sangat-sangat sekarang kita mengadakan suatu kolej bagi melatih guru-guru perempuan seperti Kolej Tanjung Malim itu?

Soal ini sayogianya kita halakan kepada Raja-Raja dan Pembesar-Pembesar Negeri-Negeri Melayu yang kita percaya terlebih suka lagi kepada kemajuan rakyatnya sebab sebelum ada sekolah-sekolah yang tinggi bagi anak-anak perempuan kita, atau enggan juga kita daripada memasukkan mereka itu ke sekolah Inggeris, kekal jugalah anak-anak perempuan kita itu atas hal yang mereka itu ada di dalamnya sekarang ini.